Keharusan Menuntut Ilmu
Hendaklah selalu berusaha dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu yang berguna, dengan cara membaca, menelaah buku-buku ataupun berdiskusi untuk mencapai hasil.
Hendaklah sentiasa memperbaharui niat anda dan bermuhasabah diri. Jangan segera berpuas hati dengan merasa cukup. Berusahalah bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu yang telah ketahui itu, serta mengajarkannya kepada siapa yang belum mengetahuinya, sama ada diminta atau tidak.
Apabila syaitan membisikkan: “Janganlah mengajar sebelum kamu benar-benar menjadi alim yang luas ilmunya”. Maka katakan kepadanya: “Kini aku apabila ditinjau dari apa yang telah kuketahui adalah alim (seorang yang berilmu), dan kerananya wajib untuk mengajarkannya kepada orang-orang lain. Sedangkan – apabila ditinjau dari apa yang belum kuketahui-maka aku kini seorang pelajar yang wajib belajar dan menuntut ilmu”.
Kehadiran Hati dan Kekhusyukan Anggota Tubuh
Hendaklah selalu menghadirkan diri dan mengkhusyukkan anggota badan di saat melakukan ibadah-ibadah anda. Dengan demikian anda akan meraih hasilnya dan tersinari oleh percikan cahayanya. Dan hendaklah anda selalu dalam keadaan siap untuk menerima pengawasan Allah atas segala gerak geri anda. Upayakanlah agar anda mampu menjadi penasihat bagi diri anda sendiri dan sekaligus pemberi peringatan kepadanya.
Menghilangkan Was-Was Setan dari dalam Hati
Adakalanya muncul dalam hati manusia pelbagai was-was (bisikan jahat syaitan yang menimbulkan keraguan dalam hati), yang paling sulit diantaranya ialah menyangkut masalah akidah, demikian pula dalam pelbagai amalan peribadatan, maka segeralah menghindarinya.
Menjaga Lidah
Berusahalah bersungguh-sungguh dalam menjaga llidah dari ucapan sia-sia. Sebab lidah adalah cermin isi hati. Kata seorang bijak: “Lidah itu bagaikan binatang buas, bila egkau mengurungnya, ia akan menjagamu. Tetapi bila engkau melepaskannya, ia akan menerkammu”.
Berbangga Diri
Hendaklah tidak merasa diri lebih baik dari orang lain.
Menjauhkan Diri dari Pergaulan yang Tidak Sihat
Sungguhnya berbahagialah orang yang memisahkan diri dari masyarakat zaman ini, dan lebih memilih menyibukkan dirinya bersama Tuhannya daripada melibatkan diri dalam pergaulan dengan mereka dan segala keburukan mereka; dengan penuh ketabahan, sampai datangnya ‘keyakinan’ yang berupa pembukaan pintu hatinya ke arah alam malakut yang tinggi-jika ia termasuk dalam kalangan ‘khusus’ atau sampai datang kepadanya ‘keyakinan’ yang lain, yakni kematian, sebagaimana diisyaratkan (dalam Al-Quran), baik ia tergolong di kalangan khusus ataupun awam.
Bacaan Penuh: